SUGENG_RAWUH


Jumat, 20 Mei 2011

wacana


ENVIRONMENTAL
Written by: fattach yaseen 
                                                                               
“Auooooooooooouuuuoooooo” sudah tidak asing lagi di telinga kita suara apa itu. Semua tahu jika auman tersebut ialah suara Tarzan, si manusia super aneh yang mampu berdialog dengan binatang-binatang penghuni hutan. Monyet, jerapah, harimau, singa, dkk pun serempak mencari sumber suara tatkala gendang telinga mereka disapa ”auoouoo”.  Selain Tarzan, ada juga Hayate. Salah satu tokoh cerita film Ninja Kazumi. Manusia yang kelakuan dan perangainya mirip anjing. Mulai dari cara berjalan, cara makan, dan bahkan indra penciumannya setajam anjing. Kedua makhluk super aneh ini ternyata segendang-sepenarian. Tarzan besar dalam asuhan sang monyet dan Hayate besar dalam pangkuan si anjing. Dari akumulasi kedua cerita fiktif di atas dapat ditarik suatu sintesa pesan moral bahwa faktor environmental memberikan intervensi yang cukup significant terhadap tumbuh-kembang dan pembentukan watak serta kepribadian seseorang.
Masih kurang percaya karena hanya cerita fiktif? OK, simak ea! Dulu semasa penulis masih duduk di bangku SMU mepunyai seorang teman yang tinggal di kostan. Awal semester kelas satu, dia masih culun, pendiam, belum menampakkan gejala-gejala kenakalan remaja. Asap rokok saja tidak kenal apalagi minum minuman syaithan, ngganja, dan ngedrug. Seiring berjalannya waktu, tepatnya akhir semester waktu classmeeting, dia sudah metamorfosis dari kepribadian awal. Sudah berani menghisap rokok, bahkan telah mencicipi getir-pahitnya meneggak minuman keras. Gubrag! Usut punya usut, dia bisa banting setir 180 derajat karena pengaruh teman-teman yang sekost dengannya. Sekarang sudah percaya kan jika faktor environmental mempunyai campur tangan yang begitu besar dalam membentuk karakter dan watak seseorang?
 Begitu besarnya efek domino yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan. Sehingga, hal tersebut mendapatkan perhatian yang sangat serius oleh pakar-pakar pendidikan. Dalam sejarah dunia pendidikan, terdapat teori yang merumuskan bahwa keberhasilan seseorang salah satunya dipengaruhi juga oleh faktor environmental.  Theory empires, menurut teori ini, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang di peroleh anak didik selama hidupnya. Kesimpulanya, bahwa tiap-tiap individu lahir sebagai kertas yang putih. Dan lingkungan itulah yang memberi warna, ukiran atau tulisan di atas kertas putih itu. Yang perlu kita garis bawahi. Ternyata, jauh-jauh hari sebelum para penggagas theory tersebut belajar merangkak, orang-orang jawa telah mempunyai filisofi,
“Ojo cedhak-cedhak kebo gopak, mengko mundak kecripatan” (jangan dekat-dekat dengan kerbau kotor! Nanti kamu akan kena kotornya).
Lebih mengagumkan lagi, ternyata beribu-ribu putaran bumi sebelum orang-orang jowo memformulasikan filsafat kejawennya. Baginda agung Muhammad Saw telah memberikan signal kepada umatnya akan begitu besarnya implikasi dari  pengaruh faktor environmental bagi tumbuh-kembang dan pembentukan kepribadian serta watak seseorang lewat salah atu pesan universalnya,
“Kullu maulûdin yûlâdu ‘alaa al-fithrah. Fa abawâhu Yuhawwidânihi au Yunashshirânihi au Yumajjisânihi (HR. Buhari)” (Setiap jabang bayi yang terlahir kedunia ini dalam keadan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai pemeluk agama yahudi atau nasrani). Terlepas dari Qudrah Ilahi Rabby, kita mungkin akan menjadi pemeluk agama yahudi, nasrani, hindu, budha, konghuchu bahkan atheis. Jika saja kedua orangtua kita tidak membimbing dan mengarahkan kita untuk mengenal agama Rahmatan al-‘Âlamîn dan mengeja, “Asyhadu An Lâ Ilâha Illâ Allah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasûlullah”.
Terlepas dari Qudrah Ilahi Rabby, kita saat ini mungkin sedang terbuai dalam euforia konser underground, nongkrong-nongkrong di mall, asyik balapan liar, asyik-masyuk chat sex, phone sex, bahkan sex party tanpa ada bimbingan orang tua. Na’udzu Billahi Min Dzalik! Betapa besar campur tangan pengaruh lingkungan bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian serta karakteristik kita, serta begitu besar sumbangsih kedua orangtua dalam merancang-bangun jiwa raga kita, dunia-akhirat. Alhamdulillah Bini’mah al-Îmân wa al-Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar